Skip to main content

Ini Kisah Tentang Lea


Yang banyak orang tau adalah kisah cinta Rahel dan Yakub yang sebegitu romantisnya melebihi film The Notebook, di mana Yakub rela bekerja 14 tahun tanpa gaji kepada Laban ayah dari Lea dan Rahel untuk mendapatkan Rahel menjadi istrinya. Tapi apakah kamu pernah membayangkan cerita dari sisi Lea? Kalo belom, sekarang gua akan coba kasih gambaran ke kalian gimana kisah hidup Lea. (Disclaimer: beberapa poin memang tertuliskan di Alkitab Kejadian 29: 14-35, tapi ini gua kombinasiin dengan imajinasi gua akan situasi saat itu).

(Sumber: https://fearlesslydauntless.files.wordpress.com)
Pada suatu hari, hiduplah seorang perempuan bernama Lea. Dia punya adik perempuan, namanya Rahel. Rahel adalah seorang perempuan yang cantik, matanya indah dan berbinar-binar, selain itu dia juga memiliki badan yang bagus. Rahel disukai banyak orang, banyak laki-laki yang datang mendekati dia karena kecantikan dan kemenawanan fisiknya. Tidak seperti Rahel, Lea matanya gak indah tapi justru terlihat membosankan. Lea tidak cantik.
Bertahun-tahun Lea menyaksikan laki-laki bergantian mendekati adiknya. Tapi tidak begitu dengan dia. Tidak ada yang berusaha mendekati dia. Semua itu perlahan akhirnya bisa dia terima sampai ketika saudara sepupunya yang selama ini tidak pernah ia kenal datang dan tinggal di rumahnya, namanya Yakub. Lea dapat melihat dengan jelas Yakub jatuh cinta kepada Rahel adiknya, no surprise. Lea merasa semua baik-baik saja sampai suatu malam ayahnya, Laban, menghampiri dia dan mengatakan rencananya yang licik. Laban yang saat itu sudah menyetujui perjanjian kontrak kerja selama 7 tahun atas Yakub demi mendapatkan Rahel sebagai istrinya ingin mempermainkan kontrak tersebut sehingga ia dapat lebih lama lagi mempekerjakan Yakub di bawah kuasanya. Maka dari itu Laban menyuruh Lea untuk menjadi istri Yakub (yang notabene mencintai Rahel) secara diam-diam dan memerintahkan dia untuk menghampiri Yakub dan tidur dengan dia tanpa sepengetahuan Yakub bahwa itu adalah Lea bukan Rahel. Lea tidak tahu harus berkata apa. Seluruh masa depannya yang ia impi-impikan, kisah cinta romantis yang selama ini dia bayang-bayangkan, kini hanya tinggal sebuah angan-angan karena dia harus patuh pada ayahnya dan menjadi istri seorang laki-laki yang tidak menginginkannya.
As if it wasn’t bad enough, setelah menjalankan rencana ayahnya, di pagi hari ketika Yakub tersadar bahwa ia tidur dengan Lea dan bukannya dengan Rahel, Lea bisa melihat ekspresi wajah Yakub yang sangat terkejut, tidak menyangka, dan....kecewa. Jelas saja, Lea bukanlah yang Yakub harapkan akan ada di sisinya pagi itu. Secepat mungkin Yakub langsung pergi ke Laban dan memprotes kelicikan Laban. Dan ketika Yakub, suaminya, setuju untuk bekerja 7 tahun lagi untuk mendapatkan Rahel wanita dambaannya, Lea hanya bisa tertunduk lesu dan berusaha menelan kenyataan bahwa sekarang dan sampai mati ia stuck dalam sebuah pernikahan dengan seorang laki-laki yang mencintai perempuan lain yang adalah ADIKNYA sendiri, bukan temannya, atau tetangganya, tapi ADIKNYA.
Alkitab secara jelas mengatakan bahwa “Lea tidak dicintai”. Jelaslah, kini Yakub mendapatkan apa yang ia inginkan, cinta sejatinya, Rahel. Lalu bagaimana dengan perasaannya terhadap Lea? Yakub mencintai Rahel jauh melebihi perasaannya terhadap Lea. The only one who suppose to be your soulmate, your source of love, support, and happiness, turns out doesn’t love you at all. 
Pernakah kamu berusaha membayangkan perasaan Lea saat itu? Seorang gadis yang tidak memiliki mimpi-mimpi yang muluk di dunia ini, ia hanya ingin dicintai sebagaimana dia adanya. Tapi kini ia terjebak dalam arranged marriage yang tidak kunjung mencukupi kebutuhannya akan rasa disayangi dan didambakan. Kalau tidak dari suaminya sendiri, dari mana ia harus mendapatkan the need for affection yang menjadi kebutuhan dasar semua manusia itu? Ayahnya? Ayahnya dengan gampangnya menjadikan dia “aset” bisnisnya dengan laki-laki asing. Adiknya? Rahel sudah sibuk dengan kisah romantisnya sendiri, dia pasti sudah puas dengan kehidupannya. Siapa kalo gitu?
Di moment itulah Sosok yang gak pernah absen itu muncul. Satu-satunya subjek yang diceritakan dalam Alkitab, sepanjang kisah hidupnya Lea, akhirnya “melihat” dan memperhatikan kondisi Lea, yaitu Allah sendiri, di ayat 31:
“Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya,” (ay.31)
Mungkin Lea gak cantik, kepribadiannya juga mungkin biasa aja, orang-orang di sekitar dia pun gak ada yang “menganggap” dia, tapi Allah tetap mengasihi dia. Allah “melihat” dia dalam keterpurukan dan kesendiriannya. Dan lebih dari itu, Allah melakukan sesuatu yang Ia tau bisa berdampak untuk membangkitkan dan menumbuhkan self-value Lea lagi, yaitu dengan memberi dia anak laki-laki, gak cuma 1 tapi 4. Dan yang gak kalah menariknya adalah respon Lea terhadap kebaikan Allah tersebut. 4 orang anak dikasih Tuhan,  dan 3 di antaranya dikasih nama yang berartikan pujian rasa syukurnya terhadap Allah. Di sini kita bisa melihat dua jenis kisah cinta, Yakub dengan Rahel, dan Allah dengan Lea.
Mungkin yang dunia damba-dambakan adalah kisah cinta semacam Romeo and Juliet atau kalo dalam kisah ini maka yang lebih mirip ya kisah cinta Yakub dengan Rahel. Tapi semakin gua renungin gua seamazed itu dengan kisah cinta Allah kepada Lea. Ketika naturenya di dunia ini sebuah perasaan cinta pada umumnya tumbuh dari apa yang dipandang oleh mata – misal: badannya bagus, mukanya bersih, matanya biru, cantik deh, giginya rapih dan putih, atau apapun itu yang berorintasi kepada kecantikan fisik – tidak begitu dengan Allah. Dia “melihat” Lea dan mengasihi Lea sebegitu rupa sekalipun dalam penampilan fisiknya manusia mainstream mana pun gak akan menemukan 1 pun alasan untuk suka sama dia. Dan lebih dashyatnya lagi, Allah mencintai Lea sekalipun mungkin pada awalnya Lea gak sebegitunya mengasihi Allah. Lea baru menyadari keberadaan dan kebaikan Allah setelah Allah “menganggap”nya dan mencurahkan berkatNya pada dia. And you know what the best part of this story is? Dari ketidaklayakan Lea itu, Allah membangun garis keturunan Raja dunia yaitu Yesus Kristus. Yesus adalah keturunan dari suku Yehuda, dan Yehuda adalah anak kandung Lea sendiri. Bukan anak Rahel, bukan juga anak Zilpa budaknya Lea, tapi anak Lea.
Di tengah keinsecurean gua di dunia yang semakin kreatif menciptakan standar-standar kecantikannya, ketika gua dapet firman ini di saat teduh (gua lupa tanggalnya, tapi yang jelas dari Our Daily Bread) gua nangis kejer (yaaaa cengeeengg!). Tapi serius. Selama ini gua berpikir gua gak berharga, gak layak hidup di dunia ini, I don’t fit the standard of this world, tapi Pencipta alam semesta ini, Raja dunia ini, Sosok paling berkuasa di dunia ini bilang ke gua:
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.” (Kej 1:27&31)
“Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.” (Yes 43:4)
Inilah cinta yang sejati. Cinta yang gak memandang perawakan, gak memandang apa yang sanggup kita berikan ke Dia, gak melihat seberapa besar perasaan kita terlebih dahulu terhadap Dia. Cinta tanpa syarat. And you can only get that from God.
Makanya gua suka kesel sama orang-orang yang jual mahal banget sama Tuhan. Berasa Tuhan yang butuh dia gitu. HELLOWWWWW!!!! APAKAH LO SEBODOH ITU UNTUK TAHU BAHWA TUHAN UDAH PUNYA SEGALA-GALANYA DI DUNIA AKHIRAT INI?! Yang butuh itu siapaaaa?? Ya kitaa, manusia yang gak berdaya, lemah, terbatas, baperan ini. Kita butuh sosok yang akan terus mengingatkan kita bahwa kita berharga, kita dicintai, kita bisa dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan besar di dunia ini. 
Cinta Allah kita ini gak pernah diraguin untuk manusia, terkhusus mereka yang terpinggirkan. Kisah-kisah lainnya yang mirip dengan kisah Lea ini ada Hagar, Yusuf, Musa, Gideon, dan banyak lagi di perjanjian Baru tentang kisah-kisah Tuhan Yesus nyembuhin A, belain B, C, D, dan lain-lain. Benar bahwa Dia adalah Allah dari orang-orang yang gak dipandang. Dan lebih mengagumkannya lagi, orang-orang yang Tuhan “rangkul” itu, ketika mereka pun mau untuk datang menyerahkan diri ke Tuhan, jalan hidupnya berubah drastis. Bahkan banyak yang diceritain jadi tokoh-tokoh besar yang membawa perubahan buat suatu kota, bangsa, bahkan dunia ini. Dan memang itu kuncinya. Hai kamu yang merasa diri gak guna dan gak berharga. Ketika kita serahin diri kita yang ibarat kayak plastik kresek yang udah hanyut di kali dan terlalu menjijikan untuk di daur ulang ini ke dalam tangan Tuhan, Dia punya cara untuk membuat kita jadi hebat dan sangat berguna untuk membawa kemuliaan untukNya. So, it’s your choice. Mau tetep jadi buangan society atau kembali ke Tuhan dan mulai cerita hidup yang menakjubkan bersama Dia? Tuhan memberkati~
"Walau dunia melihat rupa
Namun Kau memandangku
Sampai ke dalaman hatiku"




Comments

Popular posts from this blog

He Was My Father, Yet Never Was My Dad

Setahun udah berlalu sejak papa dipanggil Tuhan secara mendadak. Sebetulnya pengen pura-pura selalu tersenyum aja dan bilang bahwa aku Ikhlas Tuhan panggil papa pulang ke pangkuanNya. Tapi salah satu ciri kedewasaan dalam beriman adalah ketika kita terbuka akan apa yang kita rasakan, kita alami. Dan di postingan ini gua pengen cerita, rasanya punya papa seorang hamba Tuhan, dan rasanya ketika papaku diambil secara tiba-tiba tanpa kesempatan utk say goodbye . Persepsi umum yang orang-orang punya kalo ngeliat anak yang orang tuanya seorang pendeta atau hamba Tuhan pasti “enak”, “baik”, “beruntung”, “aman (secara kerohanian)”, padahal udah jadi rahasia umum kalo justru anak pendeta biasanya rusak-rusak, entah karena jadi target utamanya si iblis untuk nyerang pelayanan Tuhan lewat keluarga hambaNya, ataupun karena, ini yang gua personally rasain, ayah/ibunya yang adalah hamba Tuhan justru terlalu asik melayani di luar hingga anaknya sendiri ditelantarin. Gua yang mana? This is the ug...

Review Film Adrift

Satu lagi produk media yang mau gua review  terkait poin survival  yaitu film Adrift yang dimainin oleh Shailene Woodley (lah sama ya sama yang main Divergent). Kalo kalian nonton film ini gua gak yakin kalian bakal suka karena abang gua pun pas nonton ini katanya dia ngerasa ngantuk dan bosen banget sampe dia akhirnya ketiduran gak nonton film ini sampe habis. Huft.  Memang kalo diliat berdasarkan plot ceritanya sangat berpotensi ngebuat bosen sih karena alur ceritanya campuran yaitu mix antara flashback dan present . Sesungguhnya gua paling gak suka alur cerita yang kayak gitu, gua lebih suka fokus aja di present  kalo mau flashback  untuk jadi bahan plot twist  aja atau di moment-moment  tertentu. Tapi pas gua ngeliat poin survival  di film ini akhirnya gua mengesampingkan selera gua dan fokus ngikutin film ini dari awal sampe akhir, dan gua suka banget. (Sumber: website AVForums) Film ini bercerita tentang seorang perempuan bern...

Failure Does Not Always Mean That You Are Not Good Enough

Pemanasan-pemanasan Kegagalan Dulu pas SMA gua sedih banget karena gagal masuk SMA-SMA terbaik di Depok (karena SMP gua masuknya rayon Depok jadi males pindah-pindah rayon lagi untuk nyari SMA ke Jakarta ). SMA-SMA Depok terbaik di jaman gua waktu itu SMA 1, SMA 2, SMA 3, dan tiga-tiganya gua gak masuk. Malah ‘terbuang’ masuknya ke SMA 5 Depok. No offense untuk anak-anak SMA 5 Depok atau yang ngerasa SMAnya masih di bawah SMA 5 Depok tapi ini gua lagi jujur menjelaskan perasaan gua waktu itu. Alhasil gua di bully sama abang-abang gua yang notabene masuk SMA-SMA terbaik Jakarta ataupun Depok, abang gua yang pertama masuk Gonzaga, salah satu SMA swasta terbaik Jakarta, abang gua yang kedua masuk SMA 34 Jakarta, salah satu SMA negeri terbaik Jakarta, dan abang gua yang ketiga keempat masuk SMA 1 Depok. Pas awal-awal masuk SMA 5 Depok, yang disebut SMANLI, gua malu dan kecewa banget sama diri sendiri, begitu juga sama Tuhan, karena dari pas mau tes-tes masuk SMA udah berdoa banget su...