Skip to main content

We Have To Survive!


(Sumber: https://www.chatelaine.com/wp-content/uploads/2014/07/rock-climbing-woman-660x532.jpg)

“This is a wild game of survival” – Ruelle, Game of Survival.

Kita semua tau dunia ini memang makin hari makin kejam. Rasanya gua sendiri segitu muaknya ngeliat berita-berita di TV ataupun setelah ngerasain pait-paitnya perlakuan dunia ini terhadap manusia gak berharga macam gua. Ketidakadilan terjadi dimana-mana, kekerasan, kejahatan pemerkosaan, pembunuhan, begal dan geng motor, terorisme, kecurangan yang mengangkat yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin, orang bodoh makin dapet tempat dan berkuasa tapi orang yang jujur dan lurus makin tersingkirkan, dan lain sebagainya. Sangkin derasnya arus informasi yang mengalir jaman sekarang – tanpa kita niatin untuk tau – kita ikut terpapar banyak berita selain lewat TV dan radio juga lewat berbagai media lain secara tanpa sengaja, misal lewat Line today, syukurlah gua gak download aplikasi berita online di HP tapi tetep aja ada orang-orang yang kerjaannya ngeshare berita-berita yang ada di portal-portal berita itu lewat group WA, Line, update di timeline Line, update di insta story, dan semacamnya. Dan berdasarkan pengalaman gua yang paling gatel untuk orang share itu adalah berita-berita negatif, entah kenapa. Dari situlah kita jadi semakin tau memang dunia ini makin lama makin ancur, and there’s nothing we can do about it. Sepemahaman gua, kita gak akan bisa memperbaiki dunia ini karena memang tabiatnya dunia ini makin rusak, tapi yang kita bisa lakuin adalah balik ke hidup kita masing-masing, berjuang untuk survive dan lakuin yang terbaik dalam masa hidup kita.

Gua tertarik bahas topik survival ini karena makin ke sini gua perhatiin makin banyak kasus bunuh diri terjadi dimana-mana atau kasus orang-orang yang berusaha escape dari penderitaan mereka di dunia dengan cara lari ke hal-hal yang negatif kayak narkoba, kecanduan free sex, dan semacamnya. Di sekitar gua pun banyak gua temuin orang-orang terdekat gua yang kayak menyerah atas hidup mereka, gak sampe bunuh diri, puji Tuhan, dan please semoga gak akan terjadi sama siapapun di sekitar gua, tapi mereka seakaan kehilangan semangat untuk ngejalanin hidup mereka. Mereka jadi gak maksimal lagi ngejalanin hari demi hari, tapi hanya sekedar lanjutin hidup aja dengan makan, minum, mandi, terus tidur lagi, gitu terus, sampe bahkan terputus dari dunia sosial sangkin menyerahnya untuk berjuang atas hidup mereka. Jujur aja gua pernah ngelewatin masa-masa kayak gitu, beberapa kali bahkan, tapi untungnya gua nemuin obat mujarab dari itu semua. Apa itu? Yang pertama Tuhan Yesus, pasti, yang kedua media.

Gua akan bagi tulisan ini kedua bagian, tulisan yang ini akan fokus tentang solusi pertama yaitu Tuhan Yesus. Nah, untuk solusi media, berhubung konsep survival ini pun udah jadi hal yang cukup banyak diangkat di produk-produk media misalkan film-film, buku, komik, lagu, dan lainnya, gua akan bahas solusi yang gua ambil dengan cara mengkonsumsi beberapa produk-produk media itu di tulisan selanjutnya. Niatnya mau digabungin dalam satu tulisan aja tapi setelah gua sadarin adanya nanti malah reviewnya terlalu dangkal dan pendek akibat gua berusaha gak buat postingan ini terlalu panjang. So, kalo kalian penasaran apa aja produk medianya silahkan cek di beberapa postingan ke depan.

Okay then, kita mulai dari solusi spiritualnya dulu ya yaitu dengan jadiin Tuhan Yesus sebagai solusi permasalahan demotivasi hidup ini.

Selama ini yang gua denger dari orang-orang di sekitar gua kalo seseorang lagi mengalami demotivasi alias demot atas hidupnya sampe yang akhirnya berefek ke mental health issue maka jawaban satu-satunya adalah pergi ke psikolog atau psikiater. Don’t get me wrong, memang kehadiran psikolog dan pskiater itu bisa jadi perpanjangan tangan Tuhan. Tapi sehebat-hebatnya metode pendekatan psikolog dalam sesi konsultasi ataupun kemujaraban obat yang bisa dikasih oleh psikiater gak akan bisa sepenuhnya memulihkan permasalahan mental kita ataupun cukup efektif untuk memulihkan orang tersebut.

Cara paling efektif dan ampuh secara penuh adalah pemulihan dengan cara spiritual. Gua tau ini terkesan terlalu abstrak tapi itulah yang gua alami ketika gua lagi depresi dan tertekan sebegitunya secara mental (puji Tuhan belom pernah secara fisik). Memang perlu pertolongan manusia tapi akan jauh lebih efektif kalo kita mulai dari perbaikin kehidupan spiritual kita dulu.

Spiritual yang gua maksud di sini adalah relasi dengan Tuhan alias hubungan pribadi dengan Tuhan (HPDT). Gimana caranya bangun relasi yang ideal dengan Tuhan? Ya gak ada cara lain selain komunikasi dua arah sama Dia lewat saat teduh dan doa. Ketika kita lagi depressed memang kita butuh sesuatu yang bisa dilihat dengan mata kita atau diraba dengan tubuh kita untuk menenangkan hati dan jiwa kita, tapi percayalah dengerin Dia ngomong lewat saat teduh dan curhat ke Dia lewat doa itu sangat mujarab untuk kasih kita ketenangan dan ngurangin beban serta kepenatan yang kita rasain saat itu. Kalo habis itu kita masih butuh bantuan psikolog dan psikater it’s totally okay! Go ahead! Pergilah konsultasi ke mereka tanpa merasa ada yang salah dengan keputusan itu. Tapi again, jangan skip langkah untuk ‘konsultasi’ ke Tuhan dulu sebelum ke manusia. He is the most powerful being in the whole world, jangan sepelekan sesi ‘konsultasi’ ke Dia lewat saat teduh dan doa. Untuk tulisan lebih lanjut terkait HPDT bisa buka artikel gua sebelumnya yang judulnya Alone But Not Lonely.

Relasi yang intens dan intim dengan Tuhan Yesus itu otomatis akan ngefek ke cara hidup kita dan bagaimana kita berelasi dengan orang lain di sekitar kita. Punya Tuhan Yesus yang melekat di hati kita dan aktif dilibatin dalam setiap moment kehidupan kita PASTI ngebuat kita jadi bisa lebih jelas memandang dunia dan hidup kita. Kalo pun ada masalah-masalah yang Tuhan ijinin terjadi atas hidup kita somehow Tuhan akan kasih kita kemampuan untuk tetep kuat secara mental dan bijak dalam bersikap melewati itu semua. Dia bakal secara konstan memotivasi kita untuk terus berjuang jalanin hidup ini dengan berbagai cara. Bonusnya kalo nempel sama Tuhan itu andaikan kita udah bener-bener nyerah Tuhan bakal ambil alih dan kasih kita pertolongan-pertolongan untuk ngedispensasi penderitaan kita itu hingga kita bisa bangkit dan semangat lagi untuk kembali berjuang. He is the best counselor and savior we could ever asked for.

Ada beberapa contoh kisah-kisah survivor di dalam Alkitab yang sangat menginspirasi gua. Yang pertama adalah kisah Ayub di dalam kitab Ayub. Dia yang awalnya tajir dan punya segala sesuatu yang manusia manapun harapkan untuk miliki di dunia ini atas perkenanan Tuhan dicobai iblis dengan tiba-tiba hingga kehilangan segala-galanya mulai dari anak-anak yang ia banggain, harta benda beserta segala bisnis dan usahanya, kesehatannya karena dia pun terkena kusta, bahkan sampe istrinya ninggalin dia. Gua bayangin kalo ada manusia di dunia ini, di jaman ini, tertimpa apa yang nimpa dia itu pasti gak butuh waktu lama untuk orang tersebut bunuh diri. Itu jalan pintas untuk suatu ujian yang unbearable. Tapi ngga, Ayub yang punya relasi intens dengan Tuhan masih berjuang dengan sisa-sisa kekuatannya untuk terima dan jalanin hidup dia yang udah ditunggabalikan itu sampe akhirnya Tuhan mengasihani dia dan pulihin hidup dia lagi.

Kisah lainnya adalah Paulus. Di 2 Korintus 11 ayat 23 sampe 28 jelas Paulus kasih gambaran tentang bagaimana sulitnya dan banyaknya tantangan yang harus ia lewatin dalam mengerjakan pelayanan untuk Tuhan sejak pertobatannya. Untuk lebih jelasnya baca sendiri nih tulisan dia itu versi terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK):

“saya lebih sering dimasukkan ke dalam penjara, saya lebih banyak disiksa dan sering hampir mati. Sudah lima kali saya disiksa oleh orang Yahudi dengan pukulan cambuk tiga puluh sembilan kali. Tiga kali saya dicambuk oleh orang-orang Roma; pernah pula saya dilempari dengan batu. Tiga kali saya mengalami karam kapal di laut, dan sekali saya terapung-apung di laut selama dua puluh empat jam. Banyak kali saya mengadakan perjalanan yang berbahaya: diancam bahaya banjir, bahaya perampok, bahaya dari pihak Yahudi maupun dari pihak bukan Yahudi, bahaya di dalam kota, bahaya di luar kota, bahaya di laut, dan bahaya dari orang-orang yang mengemukakan diri sebagai saudara Kristen padahal bukan. Saya membanting tulang dan berjuang setengah mati: sering tidak tidur, tidak makan, tidak minum, banyak kali terlantar dalam keadaan lapar, kedinginan karena kurang pakaian dan tidak mempunyai tempat tinggal. Di samping semuanya itu, setiap hari saya cemas juga akan keadaan semua jemaat.”
2 Korintus 11:23-28 (BIMK)

Lengkap gak penderitaan Paulus? Lengkap! Tapi sekalipun hidup dia semenderita itu dia berpegang pada keyakinan bahwa memang jalan hidup yang dia pilih itu harus mengorbankan kenyamanan dan takaran kebahagiaan versi dunia ini dan oleh karena itu dia harus berjuang dan bertahan jalanin hidup dia itu sampe akhir. Diakhir-akhir hidupnya dia pun bisa nulis kayak gini:

“Mengenai diri saya, sudah sampai waktunya saya akan mati sebagai kurban kepada Allah. Sebentar lagi saya akan meninggalkan dunia ini. Saya sudah mengikuti perlombaan dengan sebaik-baiknya, dan sudah mencapai garis akhir. Saya tetap setia kepada Kristus sampai akhir.”
2 Timotius 4:6-7 (BIMK)

Paulus bisa mengakhiri hidupnya dengan baik, nyelesain semua tugas dan tanggung jawabnya sekalipun banyak tekanan dan pencobaan yang harus dia lewatin. Dia manusia biasa, dia bukan Tuhan atau manusia super yang punya kekuatan fisik atau mental yang khusus untuk mempermudah dia menghadapi kesulitan hidupnya itu, tapi dia survive sampai akhir.

Kisah terakhir yang jadi percontohan untuk konsep survival dalam hidup adalah Tuhan Yesus sendiri. Penderitaan yang Dia alami di Via Dolorosa atau jalan penderitaan pas jumat agung itu udah percontohan penderitaan yang paling mentok seorang manusia bisa alami di bawah kolong langit ini. Selama nyaris sehari penuh Dia ngalamin siksaan fisik dengan dicambuk pake berbagai bentuk dan jenis cambukan, dipukulin, ditusuk kepalaNya dengan mahkota duri, disuruh pikul salib yang beratnya gak karuan, ditendang, dipaku, dan pada akhirnya digantung berjam-jam di atas kayu salib. Gak cuma siksaan fisik Dia pun ngalamin siksaan mental dengan dihakimi atas seuatu yang gak Dia perbuat, diejek-ejek, dikhianatin, difitnah, dimusuhin sekota, dan lainnya. Tapi Dia gak menyerah. Dia gak ambil jalan pintas dengan kabur menghilang dari penyikasaanNya itu, walaupun Dia pasti bisa berhubung Dia itu Tuhan. Dia pasti punya super power kayak gitu ataupun jenis super power lainnya untuk memudahkan Dia melewati seluruh penderitaan Dia itu. Tapi, nope, Dia ngejalanin detik demi detik dengan tabah dan taat sampai akhirnya Dia mati di atas kayu salib nyelesain seluruh tugas-tugas Dia di dunia ini. Tuhan bertahan sampe akhir. Dia survive penderitaan Dia di Via Dolorosa.

Jangan berharap dunia ini akan mengasihani kita dengan ngurangin siksaan dan tantangan yang bakal dia kasih ke kita. Gak bisa, karena memang pada dasarnya dunia ini tempat pembuangan manusia berdosa sejak kisah di taman Eden ketika Adam dan Hawa memutuskan untuk berdosa. Kalo kita mau harapin kebahagiaan sejati dan kemudahan dalam hidup maka hanya ada di 2 tempat, taman Eden pas jaman penciptaan awal-awal, dan surga nanti. Selama di dunia ini yang akan kita hadapi adalah tantangan dan rintangan.

Tapi dari kisah-kisah yang gua ceritain di atas mereka semua manusia biasa (bahkan Tuhan Yesus pun dalam wujud 100% kemanusiaanNya) hidup di dunia yang sama dengan level penderitaan di atas penderitaan kita, dan mereka bisa survive. Kuncinya yang pertama adalah kedekatan dengan Tuhan kayak yang gua bahas di atas, yang kedua adalah kegigihan untuk memacu diri kita terus berjuangan menjalani penderitaan demi penderitaan serta tantangan demi tantangan yang ada. Setiap permasalahan pasti ada ujungnya, ada akhirnya, yang terpenting adalah proses ketika melewati permasalahan itu. Apa yang akan kita lakukan selama proses itu? Bagaimana kita akan melewati itu semua? Kita gak boleh menyerah karena kita percaya satu hal:

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”
1 Korintus 10:13 (TB)

Itu janji Tuhan. Dia udah stand by untuk support kita melewati masa-masa kelam hidup kita. Sekarang bagaimana dengan kita sendiri? Apakah kita mau memaksa diri kita untuk berjuang dan bertahan? Apapun permasalahan yang kita hadapi sekarang: kesulitan nyeselesain tugas akhir, pengangguran tak berujung, permasalahan dalam keluarga, diintimidasi rekan sekerja, dimusuhin temen sepergaulan, pemulihan habis patah hati, atau apapun itu, kita pasti bisa atasin! Karena kita ditopang sama super power dari Tuhan kayak di ayat ini:

“betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati
Efesus 1:18b-20a (TB)

His super power is in us too the moment we surrender our lives to Him. The question is, will you use that power to overcome your life’s struggle or not? Tuhan memberkati~

Comments

Popular posts from this blog

He Was My Father, Yet Never Was My Dad

Setahun udah berlalu sejak papa dipanggil Tuhan secara mendadak. Sebetulnya pengen pura-pura selalu tersenyum aja dan bilang bahwa aku Ikhlas Tuhan panggil papa pulang ke pangkuanNya. Tapi salah satu ciri kedewasaan dalam beriman adalah ketika kita terbuka akan apa yang kita rasakan, kita alami. Dan di postingan ini gua pengen cerita, rasanya punya papa seorang hamba Tuhan, dan rasanya ketika papaku diambil secara tiba-tiba tanpa kesempatan utk say goodbye . Persepsi umum yang orang-orang punya kalo ngeliat anak yang orang tuanya seorang pendeta atau hamba Tuhan pasti “enak”, “baik”, “beruntung”, “aman (secara kerohanian)”, padahal udah jadi rahasia umum kalo justru anak pendeta biasanya rusak-rusak, entah karena jadi target utamanya si iblis untuk nyerang pelayanan Tuhan lewat keluarga hambaNya, ataupun karena, ini yang gua personally rasain, ayah/ibunya yang adalah hamba Tuhan justru terlalu asik melayani di luar hingga anaknya sendiri ditelantarin. Gua yang mana? This is the ug...

“Orang Bule Pasti Suka”

Beberapa hari yang lalu gua pergi ke salon sesuai rencana yang udah gua idam-idamkan selama gua Dinas Luar Kota (DLK) sebelumnya. Wajib hukumnya untuk pijet dan luluran setelah berhari-hari mondar mandir dijemur di bawah matahari. Udah pake sunblock , udah pake topi, manset, dll, tapi tetep, rasanya lebih bersih kalo dilulur dan dipijet, bikin badan rileks lagi. Sambil mbak-mbaknya melototin setiap senti badan dan rambut gua selagi treatment, sebuah kalimat yang udah ribuan kali gua denger diucap sama dia: “Mbaknya eksotis ya, orang bule pasti suka.” Heeemmmmmmmm……. Gimana yaa…… Ijinkan gua menjelaskan levels of impression yang gua miliki dari awal banget gua denger kalimat itu hingga sekarang setelah hampir 28 tahun hidup sebagai cewe berkulit sawo matang: Merasa ragu: “masa sih bule senengnya kayak gua? Gua item dekil begini apa menariknya di mata mereka?” Merasa bangga: “wahh kelas gua kelas bule. Kalo gua ketemu bule fix orang bule bakal naksir gua.” Merasa bosan: “iye iy...

Review Film Adrift

Satu lagi produk media yang mau gua review  terkait poin survival  yaitu film Adrift yang dimainin oleh Shailene Woodley (lah sama ya sama yang main Divergent). Kalo kalian nonton film ini gua gak yakin kalian bakal suka karena abang gua pun pas nonton ini katanya dia ngerasa ngantuk dan bosen banget sampe dia akhirnya ketiduran gak nonton film ini sampe habis. Huft.  Memang kalo diliat berdasarkan plot ceritanya sangat berpotensi ngebuat bosen sih karena alur ceritanya campuran yaitu mix antara flashback dan present . Sesungguhnya gua paling gak suka alur cerita yang kayak gitu, gua lebih suka fokus aja di present  kalo mau flashback  untuk jadi bahan plot twist  aja atau di moment-moment  tertentu. Tapi pas gua ngeliat poin survival  di film ini akhirnya gua mengesampingkan selera gua dan fokus ngikutin film ini dari awal sampe akhir, dan gua suka banget. (Sumber: website AVForums) Film ini bercerita tentang seorang perempuan bern...